Serangan Hoaks dan Post-Truth Menjelang Coblosan! Tim Pemenangan RIDO: Jangan Kagetan, Jangan Baperan!

Spread the love

Ketua Tim Pemenangan RIDO Jakarta Selatan, AL Mansyur mengingatkan mengenai dinamika informasi yang kerap terjadi menjelang hari pencoblosan di Pilkada atau Pemilu.

AL Mansyur mengatakan menjelang hari pemungutan suara, biasanya akan muncul banyak informasi yang tidak valid, hoaks, serta fenomena post-truth. Fenomena ini telah tercatat secara historis dan dapat dilihat dalam berbagai berita kontestasi politik sebelumnya, baik itu pada pemilihan gubernur, bupati, hingga pemilihan umum nasional. Fenomena ini kadang digunakan sebagai strategi untuk membentuk opini publik, merusak citra lawan politik, atau mempengaruhi preferensi pemilih secara emosional daripada berdasarkan fakta.

Dalam konteks pemilu, hoaks dan post-truth sering muncul dalam bentuk berita palsu, narasi yang dilebih-lebihkan, dan manipulasi fakta. Hoaks bisa berupa kabar yang merusak reputasi calon, memojokkan partai pengusung, memfitnah simpatisan, bahkan menyerang para pendukung. Sementara itu, post-truth mengacu pada keadaan di mana opini publik lebih dipengaruhi oleh emosi dan keyakinan pribadi ketimbang fakta objektif. Artinya, alih-alih melihat fakta sebenarnya, para pemilih sering kali lebih percaya pada informasi yang sesuai dengan emosi dan keinginan mereka.

Menghadapi situasi ini, Ketua Tim Pemenangan RIDO Jakarta Selatan, AL Mansyur mengusulkan tiga kunci utama bagi para pendukung dan simpatisan RIDO dalam menyikapi informasi yang beredar.

Ojo Kagetan (Jangan Terkejut): Ini berarti penting untuk tidak mudah terkejut atau terbawa perasaan dengan berita yang beredar. Biasanya, berita-berita yang sifatnya mengejutkan di masa-masa mendekati pemilu adalah berita yang sengaja disebar untuk mengguncang psikologi pemilih. Oleh karena itu, penting untuk tetap tenang dan berpikir kritis.

Ojo Dumeh (Jangan Merasa Paling Benar): Sifat dumeh atau merasa paling benar dapat mengakibatkan bias dalam menerima informasi. Pendukung atau simpatisan yang merasa bahwa pihaknya tidak mungkin melakukan kesalahan dapat dengan mudah menolak fakta yang tidak sejalan dengan pandangan mereka. Sikap ini justru membuka peluang lebih besar bagi hoaks dan post-truth untuk memengaruhi.

Ojo Baperan (Jangan Bawa Perasaan): Menjelang pemilu, banyak isu yang bisa membuat para pendukung atau simpatisan merasa tertekan atau tersinggung. Namun, sikap baper justru bisa membuat seseorang kehilangan objektivitas dan menjadi lebih mudah terprovokasi. Dengan menjaga emosi dan tidak mudah bawa perasaan, kita bisa lebih objektif dalam menyikapi informasi.

Untuk menangkal hoaks, perlu adanya budaya verifikasi informasi. Pendukung dan simpatisan harus terbiasa melakukan cek fakta sebelum mempercayai atau menyebarkan berita. Selain itu, penting bagi setiap individu untuk memiliki pemahaman dasar tentang cara kerja media dan algoritma sosial yang sering kali menampilkan berita berdasarkan minat atau preferensi sebelumnya, yang bisa saja bersifat bias.

Dalam menghadapi era politik yang semakin dipenuhi hoaks dan post-truth, sikap yang tenang, objektif, dan kritis sangatlah penting. Dengan menerapkan tiga prinsip “Ojo Kagetan, Ojo Dumeh, Ojo Baperan,” diharapkan para pendukung dan simpatisan RIDO (Ridwan Kamil dan Suswono) dapat tetap waspada, bijak, dan berpikir jernih di tengah hiruk-pikuk informasi yang beredar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *